Lucu Dan Unik Tahukah Kamu: Pembalut, Semula Diciptakan Untuk Para Pria
Tak dapat dipungkiri, pembalut sekali pakai yaitu teknologi yang mengubah cara seluruh perempuan di dunia menangani "tamu" bulanan mereka. Tapi tentu saja, pembalut sekali pakai tidak begitu saja tercipta. Ada sejarah panjang ihwal benda yang satu ini.
Dalam sejarah, pada awal kurun ke-4 di Yunani Kuno, pembalut pra-modern telah digunakan. Saat itu, perempuan memakai kain untuk menampung darah kewanitaannya. Selain kain, mereka juga memakai kapas atau wol domba dalam pakaian mereka untuk membendung pemikiran darah menstruasi.
Sebaliknya di China, para perempuan memakai kain yang diisi pasir sebagai pembalut menstruasi. Ketika kain itu cukup basah, mereka akan membuang pasir dan mencuci kainnya.
Di masa Mesir Kuno, para perempuan memakai papirus sebagai alas haid mereka. Sebelum digunakan, papirus direndam dalam air terlebih dahulu.
Pembalut sekali pakai, pertama kali, dipikirkan oleh para perawat selama masa perang. Tujuannya sama sekali bukan untuk menstruasi perempuan, melainkan untuk para pria. Tepatnya, untuk menghentikan pendarahan bagi para prajurit yang bertempur.
Sekitar kurun ke-19, pembalut sekali pakai pertama kali dibentuk oleh perawat Perancis dari perban bubur kayu. Ya, ketika itu pembalut tidak dibentuk dari kapas alasannya ketersediaannya yang sangat terbatas.
Para perawat menciptakan pembalut dari sphagnum moss, flora yang sangat gampang menyerap dengan sifat antimikroba. Perusahaan besar mulai memproduksinya secara massal dengan nama Cellucotton. Pada final perang pada tahun 1918, produsen Cellucotton mulai kebingungan alasannya surplus pembalut.
Sampai pada akhirnya, para prajurit dan palang merah tidak lagi membutuhkan mereka. Perban-perban ini cukup murah untuk digunakan sekali pakai kemudian dibuang sehingga para perawat mulai menggunakannya untuk menstruasi mereka.
Terinspirasi dari para perawat, perusahaan ini kemudian menyebarkan produk konsumen komersial yang layak untuk perempuan di mana saja. Mereka kemudian berganti nama menjadi pambalut Kotex pada 1920.
Pada masa itu, sebagian besar perempuan memakai kain flanel untuk mengatasi menstruasi mereka. Sayangnya, kain flanel mempunyai harga cukup mahal untuk dijangkau semua kalangan. Beberapa perempuan lain memakai sabuk mesnstruasi, yaitu pita perekat yang ditempatkan di bab bawah alas untuk melekat pada pelana celana. Namun, sabuk menstruasi ini cukup menyulitkan dipakai. Hal tersebut menciptakan pembalut menstruasi dengan cepat mendapat popularitas.
Setelah berpuluh tahun tidak tergantikan, pada kurun ke-21, muncul tampon dan cangkir menstruasi. Cara ini sering dianggap lebih baik dibanding pembalut sekali pakai yang kerap memakai pemutih. Selain itu, pembalut sekali pakai juga dianggap kurang ramah lingkungan. Beberapa perempuan menentukan memakai cangkir menstruasi atau menstruation pad yang dapat dicuci kembali.
Sumber:
kompas (Resa Eka Ayu Sartika)
Dalam sejarah, pada awal kurun ke-4 di Yunani Kuno, pembalut pra-modern telah digunakan. Saat itu, perempuan memakai kain untuk menampung darah kewanitaannya. Selain kain, mereka juga memakai kapas atau wol domba dalam pakaian mereka untuk membendung pemikiran darah menstruasi.
Sebaliknya di China, para perempuan memakai kain yang diisi pasir sebagai pembalut menstruasi. Ketika kain itu cukup basah, mereka akan membuang pasir dan mencuci kainnya.
Di masa Mesir Kuno, para perempuan memakai papirus sebagai alas haid mereka. Sebelum digunakan, papirus direndam dalam air terlebih dahulu.
Pembalut sekali pakai, pertama kali, dipikirkan oleh para perawat selama masa perang. Tujuannya sama sekali bukan untuk menstruasi perempuan, melainkan untuk para pria. Tepatnya, untuk menghentikan pendarahan bagi para prajurit yang bertempur.
Sekitar kurun ke-19, pembalut sekali pakai pertama kali dibentuk oleh perawat Perancis dari perban bubur kayu. Ya, ketika itu pembalut tidak dibentuk dari kapas alasannya ketersediaannya yang sangat terbatas.
Para perawat menciptakan pembalut dari sphagnum moss, flora yang sangat gampang menyerap dengan sifat antimikroba. Perusahaan besar mulai memproduksinya secara massal dengan nama Cellucotton. Pada final perang pada tahun 1918, produsen Cellucotton mulai kebingungan alasannya surplus pembalut.
Sampai pada akhirnya, para prajurit dan palang merah tidak lagi membutuhkan mereka. Perban-perban ini cukup murah untuk digunakan sekali pakai kemudian dibuang sehingga para perawat mulai menggunakannya untuk menstruasi mereka.
Terinspirasi dari para perawat, perusahaan ini kemudian menyebarkan produk konsumen komersial yang layak untuk perempuan di mana saja. Mereka kemudian berganti nama menjadi pambalut Kotex pada 1920.
Pada masa itu, sebagian besar perempuan memakai kain flanel untuk mengatasi menstruasi mereka. Sayangnya, kain flanel mempunyai harga cukup mahal untuk dijangkau semua kalangan. Beberapa perempuan lain memakai sabuk mesnstruasi, yaitu pita perekat yang ditempatkan di bab bawah alas untuk melekat pada pelana celana. Namun, sabuk menstruasi ini cukup menyulitkan dipakai. Hal tersebut menciptakan pembalut menstruasi dengan cepat mendapat popularitas.
Setelah berpuluh tahun tidak tergantikan, pada kurun ke-21, muncul tampon dan cangkir menstruasi. Cara ini sering dianggap lebih baik dibanding pembalut sekali pakai yang kerap memakai pemutih. Selain itu, pembalut sekali pakai juga dianggap kurang ramah lingkungan. Beberapa perempuan menentukan memakai cangkir menstruasi atau menstruation pad yang dapat dicuci kembali.
Sumber:
kompas (Resa Eka Ayu Sartika)
Belum ada Komentar untuk "Lucu Dan Unik Tahukah Kamu: Pembalut, Semula Diciptakan Untuk Para Pria"
Posting Komentar